Tuesday 29 May 2012

Mari Kita Kerja Sama


Tubuh merupakan presentasi sebuah kerja tim yang baik. Apa jadinya jika tubuh seluruhnya adalah kepala, siapakah yang akan berjalan? Bagaimana jika mata bukan anggota tubuh? Dapatkah telinga menggantikan fungsinya untuk melihat? Organ tubuh merupakan suatu kesatuan kerja tim yang bergerak dinamis menghasilkan gerak kehidupan.

Begitu juga dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, kerja tim sudah pasti tidak dapat dihindari. Bahkan kesuksesan orang besar dan terkenal pun tidak sepenuhnya merupakan hasil kerjanya sendiri. Banyak orang yang berdiri di belakang layar untuk mendukungnya menggapai kesuksesan.

Begitu juga dengan kesuksesan Sir Edmund Hillary, petualang dari Selandia baru yang berhasil menaklukkan gunung tertinggi di dunia. Dia merupakan orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Everest. Sebuah prestasi yang sungguh luar biasa karena sebelumnya gunung Everest telah mencatat banyak cerita kegagalan yang menimpa para pendaki gunung dari berbagai belahan dunia.

Keberhasilan Edmund Hillary tidak pernah lepas dari peran seorang serpha atau pemandu pendakian berkebangsaan Nepal yang bernama Tenzing Norgay. Sebagai seorang pemandu sudah dapat dipastikan Norgay selalu berjalan di depan Hillary. Jika mau, Norgay dapat saja menjejakkan kakinya pertama kali di gunung tersebut. Namun, hal tersebut tidak dilakukannya. Beberapa langkah sebelum menuju puncak, dia mempersilakan Hillary untuk berjalan terlebih dahulu, sedangkan dia berada tepat satu langkah di belakangnya dan mengiringnya menuju puncak.

Norgay tidak memiliki keinginan untuk “menyalib” Hillary karena dia tahu dan mengerti perannya sebagai salah satu anggota ekspedi pendakian. Hillary yang memiliki impian untuk menaklukkan Everest. Dia juga yang mengatur segala hal mengenai ekspedisi tersebut. Oleh karena itu, Hillary yang berhak memperoleh gelar “Sang Penakluk”. Norgay merasa bahagia menjadi bagian dari kesuksesan dari tersebut.

Dalam sebuah tim, sering kali dalam sebuah kesuksesan terselip rasa kurang puas. Anak buah merasa mereka memiliki peran yang besar, tetapi tidak sebanding dengan reward yang diperoleh. Pemimpin dianggap mendapat reward yang terlalu besar dari sesuatu yang tidak diketahui dan dikerjakannya. Pernahkah Anda berada di dalam kondisi tersebut?

Kita dapat belajar dari sekawanan semut dengan banyak anggota dengan berbagai spesifikasi tugas. Ada semut yang tugasnya hanya memotong daun, ada juga semut yang membawa daun ke sarang. Tim prajurit semut bertugas mempertahankannya dari serangan pemangsa. Semut kecil bertugas menaiki daun untuk melindunginya dari parasit. Ratu semut bertugas bertelur dan semut pekerja bertugas melayani ratu dan bayinya. Beberapa dari semut merupakan penjaga jamur. Mereka merawat jamur yang diproduksi daun karena semut memakan jamur dalam kehidupan sehari-harinya.

Ketika kita berada di posisi apa pun dalam sebuah tim, tugas kita adalah melakukan tugas sebaik-baiknya untuk sebuah kesuksesan bersama. Di saat yang sama kita dapat belajar dan mengembangkan diri. Ketika ada kesempatan, kita dapat menduduki posisi yang lebih baik, bahkan posisi puncak dalam sebuah teamwork. Nantikanlah terus momen tersebut dan tetaplah bekerja sama!

credit:bisnisindeks.com




Jangan Menyerah


Memiliki harapan merupakan sesuatu yang sulit ketika kita berada di titik terendah dalam kehidupan kita. Mimpi indah yang pernah kita deklerasikan hanya menjadi harapan semu yang seakan tidak akan pernah terwujud. Rasa putus asa kemudian menghantui kehidupan kita. Jika tidak dapat bangkit kembali, kita akan menjadi pecundang yang akan terus menangisi dan menyesali kehidupan.

Namun hal tersebut tidak terjadi pada Chris Gardener, seorang tunawisma yang bermetamorfosis menjadi seorang milyader di Amerika Serikat. Awalnya dia merupakan seorang sales alat roentgen dengan kehidupan ekonomi yang biasa saja. Hingga pada suatu hari, dia terinspirasi oleh seorang broker saham yang hidup berkelimpahan. Tanpa pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang saham dia bermimpi untuk menjadi broker.

Istrinya meremehkannya bahkan pergi meninggalkan ketika dia berada di masa-masa yang sulit. Namun hal tersebut tidak membuat harapannya padam. Dengan berbagai usaha, akhirnya dia memperoleh pendidikan untuk dapat mewujudkan impiannya. Namun sayangnya, dalam masa pendidikan tersebut dia tidak memperoleh gaji .

Pada masa itu, dia tidak memiliki uang untuk membayar apartemen. Hingga dia usir dari apartemennnya dan menjadi tunawisma. Setiap malam dia dan anaknya mencari rumah singgah untuk sekadar berbaring. Jika tidak mendapatkannya, Chris Gardner akan memangku dan memeluk anaknya hingga tertidur lelap di toilet dingin di stasiun kereta api hingga matahari bersinar keesokan harinya. Kehidupan menjadi semakin berat ketika mereka juga kesulitan untuk memperoleh makanan.

Gardner tidak pernah putus asa. Dia giat belajar sambil terus mengasuh anaknya sepanjang hari. Motivasinya terus terbakar sehingga harapan terwujud menjadi kenyataan. Dia adalah orang yang pantang menyerah. Akhirnya dia menjadi peserta terbaik dan memperoleh kesempatan menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan saham. Di sana dia berkarier dan akhirnya memperoleh jabatan dan pendapatan yang baik. Singkat cerita dia dapat membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan akhirnya menjadi miliarder.

Hidup merupakan suatu proses panjang yang membentuk kita menjadi insan yang kuat. Namun sering kali, di tengah perjalanan kita merasa tidak mampu dan kuat. Kemudian kita memutuskan untuk berhenti dan segera membuang harapan dan impian kita.

Kita harus belajar banyak dari Chris Gardner. Ketika masalah ekonomi dan sosial berkombinasi menjadi rintangan hidup yang begitu sulit. Dia tidak pernah putus asa. Dia berkomitmen untuk meneruskan langkahnya walaupun sering kali dia terjerembab. Perlahan namun pasti dia bangkit dan berjalan selangkah demi selangkah menuju tujuan yang telah ditetapkan

Siapa yang menyangka tunawisma tersebut kemudian menjadi salah seorang yang paling kaya di Amerika Serikat. Di titik terendah dalam kehidupannya Chris Gardner mengelola emosinya menjadi sesuatu yang positif. Dia selalu memiliki harapan karena memiliki mimpi untuk keluar dari kondisi yang sulit.

Jadi, jangan pernah berhenti berharap ketika kita terkurung di dalam sebuah masalah yang besar. Semua ada solusinya, tetapi dibutuhkan perjuangan yang besar untuk melaksanakannya. Selamat berjuang dan peroleh kehidupan yang lebih baik. 

credit:vemale.com
 

Juara Tak Pernah Berhenti


Ketika kegagalan datang silih berganti dalam kehidupan. Dunia memberi kita dua pilihan. Berhenti di tengah jalan dan membuang semua impian kita atau terus berlari, meskipun tertatih dan terjatuh, menuju garis finish hingga kita layak disebut Sang Juara.

Pilihan itu ada di tangan kita, apakah kita akan menjadi seorang juara atau pecundang. Kegigihan, kerja keras, dan selalu ingin belajar merupakan kunci sukses keberhasilan. Ketiga hal itulah yang mengantarkan Soichiro Honda, seorang industrialis dari Jepang, menjadi seorang juara dalam kehidupannya.

Honda berasal dari keluarga yang miskin, tetapi sejak kecil dia sudah sangat bergairah dalam dunia permesinan. Ayahnya tidak dapat mengirimnya ke sekolah formal. Namun demikian, keinginannya untuk belajar tidak pernah padam. Dia rela menjadi seorang baby sitter pemilik bengkel karena keinginannya itu. Jadi, ketika malam telah turun dan bengkel telah ditutup, Honda akan diam-diam menyelinap ke dalamnya untuk melihat dan mempelajari semua hal tentang mesin.

Keterampilan dan pengetahuannya itu yang mengantarkan Honda menjadi seorang kepala bengkel di tempatnya bekerja. Di tengah kesibukannya, Honda juga menciptakan Ring Piston yang nantinya akan membawanya menjadi seorang industrialis.

Namun sayangnya, bukanlah hal yang mudah untuk menggapai cita-cita. Hal itulah yang dialami Honda. Dengan bangga dia menawarkan Ring Pistonnya ke seluruh pabrikan otomotif. Namun tak ada satu pun yang tertarik karena masih banyaknya kelemahan dalam barang ciptaannya tersebut.

Penolakan tersebut merupakan pukulan yang amat berat. Oleh karena itu, dia menderita sakit yang sangat parah. Untungnya, dia cepat pulih dari keterpurukannya. Untuk menyempurnakan Ring Pistonnya, dia menimba ilmu di sebuah sekolah tinggi. Namun karena dia sering tidak masuk, Honda dikeluarkan dari sekolahnya.

Beruntungnya, pada saat yang hampir bersamaan, Honda memperoleh kontrak dari Toyota untuk menjadi supplier Ring Piston. Kemudian dibangunlah pabrik untuk produksi massal Ring Piston. Namun Dewi Fortuna ternyata masih belum berpihak padanya, pabrik yang dibangunnya kemudian terbakar habis. Dari sisa-sisa kehancurannya, Honda kembali membangun pabriknya. Sayangnya, untuk kedua kalinya sang jago merah melalap pabrik impiannya.

Honda tak putus asa, dia kembali membangun pabriknya. Namun sekali lagi musibah menimpa Honda. Gempa bumi kembali merusak pabrik yang baru saja dibangunnya. Tiga kegagalan itu membuatnya tidak memiliki pilihan, selain menjual pabriknya.

Namun, seorang pemenang tidak pernah berhenti untuk terus merealisasikan mimpinya. Itulah yang membedakannya dengan seorang pecundang. Honda kemudian memutar kemudinya. Kali ini dia memulai bisnisnya dari nol. Dia membuat sebuah mesin kecil yang ditempel di sepeda. Kreativitas barunya ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Honda kemudian mendirikan pabrik untuk memenuhi permintaan yang besar. Hingga akhirnya dia memiliki perakitan sepeda motor dengan merk Honda yang saat ini kita kenal dengan baik.

Honda, sang juara, tidak pernah putus asa dalam menjalani kehidupan yang panjang dan berliku. Di saat jatuh dan sakit, dia ingat untuk kembali bangkit dan kemudian mulai berjalan secara perlahan. Namun ketika energinya terkumpul, Honda meluncur dengan cepat menggapai impiannya.

Anda dapat mencontoh Honda. Ketika Anda memperoleh kegagalan demi kegagalan dan Anda merasa bukanlah siapa-siapa hari ini. Sadarilah dunia masih berputar dan Anda masih dapat merealisasikan impian-impian Anda menjadi kenyataan. Kuncinya adalah jangan pernah berhenti dan teruslah berusaha dan jadilah juara dalam kehidupan Anda.

credit:time.com


Lakukan Sekarang!


Umur sering kali menjadi penghalang ketika kita ingin memulai melakukan “sesuatu” dalam kehidupan kita. Kata-kata seperti “aku masih terlalu muda” atau “aku sudah terlalu tua” acap kali menjadi alasan seseorang menghentikan langkah untuk mewujudkan impian dan harapannya.

Berbeda dengan Kolonel Harland Sanders, pemilik waralaba Kentucky Fried Chicken. Di usia yang tidak muda lagi, yaitu 66 tahun, dia masih memiliki semangat untuk kehidupan yang lebih baik. Pada masa itu, pensiunan tentara tersebut hidup dalam keadaan keuangan yang morat-marit. Namun dia tidak pasrah dan menerima saja uang santunan yang diberikan negara untuk lansia sepertinya. Dia kemudian bangkit dan mencoba membangun bisnis waralaba ayam gorengnya.

Dengan sisa-sisa kekuatannya, dia menjual semua barang yang dimilikinya. Kemudian dia berkendaraan beribu-ribu mil menuju negara-negara bagian lain untuk mengunjungi banyak restoran. Di sana dia memasak ayam goreng yang gurih dengan 11 bumbu rahasia untuk pemilik dan para pekerja restoran. Jika mereka terkesan akan rasa dan kerenyahan ayam gorengnya, dia akan menawarkan bisnis waralaba ayam gorengnya. Seribu restoran telah dikunjungi, tetapi tak ada satu restoran pun yang tertarik untuk menerima tawaran tersebut.

Namun, usaha tidak akan pernah sia-sia jika dilakukan dengan sungguh-sungguh. Restoran ke-1008 menyambut tawaran kerja sama kakek tua tersebut. Siapa yang menyangka bertahun-tahun kemudian ayam gorengnya dapat dinikmati di 80 negara di seluruh dunia. Bisnisnya berkembang dengan pesat hingga sekarang.

Semangat tersebut juga dirasakan oleh Toyo Shibata, nenek yang berasal dari Jepang. Di usianya yang hampir 100 tahun dia berhasil meluncurkan buku yang berjudul Don't Be Frustated yang terjual lebih dari 1.500.000 eksemplar. Ketika orang-orang seusianya kehidupannya bergantung kepada orang lain karena penurunan fisik dan pikiran, Nenek Shibata masih dapat menjadi orang yang sangat produktif. Hal tersebut karena semangat dan daya juang yang memicunya menghasilkan karya yang besar dan fenomenal dan dunia pun mengakuinya.

Mark Zuckerberg memiliki kisah yang juga menarik. Di usia yang masih sangat muda dia memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliahnya di Harvard University. Kemudian dia menyewa rumah kecil dan merombaknya menjadi kantor dan mulai membangun bisnisnya. Dari sana dia mulai mengembangkan jejaring sosial Facebook yang nantinya akan membawanya menjadi salah satu orang yang paling kaya versi majalah Forbes di usianya yang ke-27. Selain Zuckerberg, masih banyak deretan miliarder yang berhasil mencapai kesuksesan yang gemilang di usia yang masih sangat belia.

Tidak ada kata terlambat atau terlalu cepat untuk sebuah keberhasilan. Jangan katakan Anda tidak berpengalaman atau tubuh Anda sudah terlalu renta untuk melakukan sesuatu, apalagi menghasilkan sebuah karya yang besar.

Jangan sia-siakan hidup Anda dengan hanya duduk berdiam diri, tanpa melakukan apa-apa. Berapa pun umur Anda saat ini, lakukan yang terbaik dalam kehidupan Anda. Jangan pernah menunda apa yang akan Anda perbuat dan segera realisasikan ide brilian yang ada di otak Anda menjadi sebuah tindakan nyata dalam kehidupan. Kerjakan saat ini juga!

credit:indiereader.com
 

Monday 28 May 2012

Tetap Berjuang!


Pernahkah Anda merasa takut dan cemas dengan hidup Anda? Jika ya, kita dapat belajar dari seorang gadis kecil yang bernama Anna Frank yang “terkurung” selama empat tahun di sebuah gudang tua di Belanda pada tahun .

Dia bersama lima orang lainnya tidak boleh membuat dan mengeluarkan suara yang mencurigakan yang menandakan adanya tanda-tanda kehidupan di loteng gelap dan lembap tersebut. Bahkan mereka juga harus meminimalkan penggunaan air di toilet karena keselamatan mereka adalah taruhannya. Karena jika keberadaan mereka sampai diketahui oleh pihak Nazi, mereka akan segera dibawa ke kamp-kamp konsentrasi.

Ini berarti mereka akan dikaryakan dengan segera sebagai pekerja paksa tanpa makanan dan minuman yang cukup dengan keadaan lingkungan yang sangat memprihatinkan. Hingga pada waktu yang tepat kamar gas beracun telah dipersiapkan untuk mengeksekusi kehidupan mereka. Jika sudah demikian, menjadi seorang manusia yang merdeka dan hidup hanyalah sebuah impian.

Berada di tempat yang sempit dengan aktivitas yang statis selama bertahun-tahun adalah hal yang amat berat dan sulit. Ada rasa bosan ditambah lagi di tengah malam mereka harus mendengar suara-suara sirine, tembakan, dan helikopter yang wara-wiri di atas kepala mereka. Barisan tentara yang berderap menjadikan suasana menjadi semakin mendebarkan.

Rasa takut semakin membuncah ketika mereka membaca berita kematian sesama mereka yang tragis dan menyedihkan melalui surat kabar yang diselundupkan oleh orang-orang kepercayaan mereka. Pertanyaan seperti “sampai kapan ini berakhir” atau “apakah aku dapat selamat dari semua ini” kerap terlintas di kepala mereka.

Namun apa daya, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Pada kondisi serba khawatir dan cemas, cuma ada dua pilihan dalam kehidupan, terus bertahan dan tetap menantikan yang terbaik atau berhenti berharap yang berarti semuanya akan berakhir dengan segera.

Kita dapat belajar dari Anna Frank yang memilih untuk bukan hanya bertahan dan tidak putus asa, melainkan di hari-hari yang begitu sulit dia masih dapat menghasilkan karya yang begitu fenomenal, yaitu buku diarinya, yang menginspirasi banyak orang hingga kini.

Semangatnya dan pengharapannya untuk merasakan kebebasan terus berkobar hingga akhirnya dia ditangkap oleh tentara Nazi karena pengkhianatan seseorang. Meskipun, akhirnya gadis kecil ini meninggal dunia akibat tifus yang dideritanya di kamp konsentrasi. Namun, esensi sebenarnya dari kehidupan bukanlah dilihat dari akhir kehidupan, melainkan proses yang dilaluinya. Namun jika akhir terasa miris, itu sudah menjadi bagian dari kehidupan. Lakukanlah yang terbaik yang menjadi bagian kita dan serahkan yang lainnya kepada yang kuasa.

Jika hari ini Anda merasa sangat takut dan cemas akan hidup Anda karena berbagai tekanan dan kondisi, percayalah semuanya pasti akan berlalu. Jalani kehidupan Anda dengan penuh semangat dan pengharapan. Jangan lupa lakukan yang terbaik yang Anda bisa. Yakinlah kehidupan yang lebih baik telah menanti Anda di depan sana. Tetaplah berjuang!

credit:agoracommodities.com

Sampai Jumpa di Puncak Kesuksesan


Pernahkah Anda merasa bukan siapa-siapa di dunia ini. Anda merasa tidak mempunyai kemampuan untuk meraih keberhasilan. Ketika Anda menyaksikan orang lain di puncak kesuksesan, Anda mulai membandingkannya dengan diri Anda sendiri.

Kalimat seperti “pantas saja dia memperolehnya, dia memiliki segala hal yang aku tidak punya” sering kali terucap. “Seandainya saja aku memiliki....” dan Anda mulai menyempurnakan kalimat tersebut dengan menyebutkan daftar panjang kekurangan Anda, dari A hingga Z dan Z kembali lagi ke A.

Kalimat ini kemudian meresap ke hati dan akhirnya Anda hanya mampu menjadi saksi keberhasilan orang lain. Namun tahukah Anda bahwa keberhasilan tidaklah diperuntukkan hanya untuk orang yang Anda anggap sempurna? Keberhasilan adalah milik semua orang, termasuk Anda.

Kita dapat belajar dari orang-orang sukses yang memiliki keterbatasan fisik. Salah satunya adalah Bob Willen, yang kehilangan kedua kakinya akibat ranjau darat pada saat perang Vietnam. Frustasi dan kehilangan semangat hidup tampaknya tidak terlintas pada mantan tentara Amerika ini. Malahan, dia berani bersaing dalam lomba marathon yang melibatkan ribuan orang yang sempurna secara fisik.

Ketika pluit dibunyikan, orang-orang segera berhamburan menuju garis finish. Namun tidak demikian dengan Willen, dia mulai berlari dengan kedua tangannya kemudian melemparkan tubuhnya ke depan. Karena keterbatasan fisiknya, dia hanya dapat berlari 10 km per hari. Di malam hari dia berhenti dan kemudian tidur di sleeping bag-nya yang hangat.

Di saat banyak orang lain mulai menyerah dan keluar dari lomba tersebut, Willen tetap konsisten dengan tujuannya. Hari kelima ketika tinggal 100 meter lagi menuju garis finish, dia jatuh terguling dan kekuatannya mulai habis. Namun, perlahan-lahan dia bangkit, membuka kembali matanya, dan membuka kedua sarung tangannya. Darah mengucur dari kedua tangannya.

Dokter tidak mengizinkannya melanjutkan pertandingan karena kondisi jantung dan napasnya. Willen menutup matanya mendengarkan vonis dokter, tetapi dengan segala kekuatannya dia bangkit dan mulai berlari. Akhirnya dia berhasil!

Willen bukanlah satu-satunya orang yang tidak sempurna yang mampu mengukir prestasi berskala dunia. W. Louis Braille, seorang tuna netra, yang kehilangan satu matanya akibat tertusuk perkakas tajam milik ayahnya, seorang pengrajin kulit. Infeksi lukanya kemudian menyebar ke mata lainnya sehingga kegelapan total menyelimutinya dari sejak kanak-kanak hingga akhir hayatnya.

Namun, saat ini siapa yang tidak mengenal karya besarnya, yaitu huruf Braille. Sebuah kontribusi yang sangat besar bagi pendidikan dan pencerdasan orang-orang tuna netra. Dunia pun mencatatnya sebagai orang besar. Selain itu, masih banyak orang yang tidak sempurna lainnya yang mengukir prestasi besar di bidang lain.

Dunia mencatat keberhasilan adalah milik semua orang yang mau menggapainya. Oleh karena itu, jika hari ini Anda merasa tidak berarti dengan segala keterbatasan yang Anda miliki, cobalah untuk bangkit dan katakan pada diri Anda bahwa Anda mampu melakukannya.

Jika orang di samping Anda hanya membutuhkan 10 langkah untuk mencapai garis finish, bukan berarti di langkah ke-11 Anda pantas menghentikan langkah Anda. Jangan jadikan orang lain menjadi tolak ukur. Berjalanlah satu langkah, satu langkah, dan satu langkah lagi. Sampai jumpa di puncak kesuksesan!

credit:gardenrant.com

Hadapi Masalah Anda!


Dalam menghadapi permasalahan, manusia selalu mencari jalan yang praktis. Bahkan sering kali masalah dilempar begitu saja agar tidak mengganggu jangkauan pandang dan dengar saja. Jadi, ketika masalah kembali mengintai, manusia mulai bersiap membuangnya ke radius yang lebih jauh.

Hal tersebut juga pernah terjadi di kota London selama beratus-ratus tahun yang lalu. Ketika WC belum ditemukan, tinja merupakan masalah yang tidak terselesaikan. Semua orang di kota itu membuang tinja mereka melalui jendela-jendela rumah susun mereka.

Jadi, bukanlah sesuatu yang mengherankan pada saat itu ketika Anda sedang berjalan-jalan santai, tinja hinggap di kepala Anda atau kaki Anda menginjaknya dengan tidak sengaja. Bau busuk dan lingkungan yang sangat kotor merupakan sesuatu yang sangat wajar sehingga semua orang menjadi terbiasa.

Pada tahun 1931 wabah pes melanda akibat serakan tinja tersebut. Pemerintah Inggris langsung mengeluarkan Undang-Undang Buang Tinja agar tak seorang pun membuang tinjanya ke jalanan. Karena takut diberi denda, sebagai gantinya orang-orang membuang tinja mereka ke sungai, tempat orang mengambil air minum dan melakukan berbagai aktivitas.

Kondisi itu berlangsung lama sehingga orang-orang lagi-lagi beradaptasi dengan keadaan sungai yang begitu jorok. Tak ada satu orang pun peduli. Pada 1849 kolera mewabah, sebanyak 14 ribu menjadi korbannya.

Dengan satu bencana, London tidak juga berbenah diri. Perlu dua bencana wabah kolera yang lebih besar lagi, yaitu pada tahun 1854 dan 1866, untuk menyadarkan penduduk betapa pentingnya kebersihan lingkungan. Hingga akhirnya mereka memperbaiki saluran-saluran bawah tanah yang telah lama tersumbat dan menggunakan WC secara massal.

Namun tahukah Anda, sebenarnya 270 tahun sebelum bencana kolera melanda, Sir John Harrington telah memiliki solusi tentang pembuangan tinja. Penyair yang kurang terkenal ini telah menciptakan WC bilas pertama di dunia. Pada waktu itu hanya Ratu Elizabet I, ibu angkatnya, yang terkesan akan WC ciptaannya itu. Orang-orang lain lebih memilih membuang tinjanya ke jalan dan sungai.

Kita bisa belajar banyak dari Harrington, seorang yang berpikir melebihi zamannya. Seandainya saja WC itu dipakai oleh semua orang, tentunya wabah yang menelan ratusan korban dapat dihindari. Namun, orang lebih memilih melemparkan masalahnya. Perlu diingat, masalah akan terus mengintai jika tidak diselesaikan hingga tuntas, malahan efek buruknya akan lebih besar di depan.

Masalah adalah sesuatu yang sangat lumrah dalam kehidupan. Kita harus belajar untuk memberikan solusi. Berpikirlah satu, dua, atau sepuluh langkah ke depan dan jadilah orang yang unggul dan mampu menyelesaikan masalah, seperti Sir Harrington. Karena jika Anda mampu melewatinya, Anda akan menuju ke fase lain dalam kehidupan yang lebih indah. Tentunya dengan masalah yang lebih berat lagi. Tapi yakinlah Anda pasti akan memiliki solusinya.

credit:bangnes.com

CB Blogger Lab


Top